Oleh Jessica Jelita Murni Gaes, tahu nggak sih kalau ternyata kebiasaan membaca berhubungan erat dengan kemampuan menulis? Secara awam, orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dikenal sebagai orang yang jenius atau memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Kamu udah nggak asing lagi dengan pernyataan “orang jenius adalah kutu buku”, 'kan? Jika benar, penulis dan sastrawan dapat dikategorikan sebagai orang yang kreatif atau jenius tersebut karena sebagian besar dari mereka memiliki minat baca yang tinggi. Dari situ, terbentuklah satu hipotesa yang berbunyi untuk bisa menjadi penulis yang baik, maka harus gemar membaca berbagai tulisan dan bersikap positif terhadap proses menulis. Reader makes best writer. Boleh diumpamakan bahwa orang yang menulis tanpa membaca serupa dengan orang buta yang sedang berjalan. Maksudnya, kalau kamu ingin menulis sesuatu, kamu harus berproses terlebih dahulu dengan tekun, salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan membaca. Hal ini karena dalam menulis dibutuhkan kekayaan ide, inspirasi, gagasan, serta pengetahuan yang luas yang sebagian besarnya dapat kamu peroleh dengan banyak membaca. Tentu saja, itu dapat membantumu menghindari kebuntuan dalam menulis atau dikenal dengan istilah writer’s block karena kehabisan ide. Apapun genre tulisan yang kamu hasilkan—asalkan nggak berisi hal yang nirfaedah—pasti dapat memberikan pengetahuan baru dan pembelajaran hidup baik untuk dirimu sendiri maupun orang lain yang membacanya. Misalnya nih, kamu suka banget membaca karya sastra bergenre fiksi. Menurut Jakob Sumardjo dalam bukunya yang berjudul Apresiasi Kesusastraan, karya sastra merupakan isi jiwa sastrawan yang menciptakannya. Maka dari itu, sebuah karya sastra nggak hanya dapat memperkaya pengalaman para pembacanya tanpa perlu mengalaminya sendiri, namun juga meningkatkan nilai-nilai empati. Ada lagi, nih, perumpamaan lain orang yang yang membaca tanpa menulis bagai orang pincang yang sedang berjalan. Dalam konteks ini, maksudnya adalah segala ilmu dan pegetahuan yang telah kamu baca nggak akan ada gunanya kalau kamu tidak membagikannya kepada orang lain, contohnya melalui tulisan. Jika membaca adalah proses menimba wawasan melalui jendela yang terbuka, maka menulis adalah cara menyajikan wawasan yang telah ditimba itu kepada masyarakat luas, sehingga ilmu mereka pun juga bertambah. Bukankah sebaik-baiknya seseorang adalah yang bermanfaat bagi orang lain? Saya pernah membaca hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Stephen D. Krashen. Dalam bukunya yang berjudul Writing Research, Theory, and Application pun beliau mengangkat hubungan antara kegiatan membaca dan menulis. Dari penelitian tersebut, Krashen menemukan bahwa para respondennya yang merupakan para penulis adalah mereka yang gemar banget membaca sejak usia dini. Nggak hanya gemar membaca, tetapi mereka pun juga mengakui bahwa sejak masih sekolah, mereka telah mengikuti berbagai kegiatan menulis di luar sekolah, menulis surat-surat, bahkan mengikuti kursus menulis saat masih di bangku sekolah. Awalnya, saya juga masih ngerasa skeptis, kok. Berbekal keraguan dan kekepoan, saya pun melakukan penelitian kecil-kecilan terhadap beberapa orang teman SMA saya mengenai korelasi minat baca karya sastra terhadap kemampuan menulis. Hasilnya, mereka mengakui bahwa dengan banyak membaca, perbendaharaan kata yang mereka miliki semakin banyak! Orang yang kaya akan perbendaharaan kata akan tahu bahwa ada banyak kata lain yang hampir mirip dan dapat mengantikan suatu kata tanpa mengubah makna. Misalnya, kata “melihat” bisa diganti dengan melirik, mengerling, menatap, mengintip, melotot, memantau, menonton. Hal tersebut penting banget untuk dimiliki agar tulisanmu nggak terasa membosankan karena menggunakan kata yang itu-itu saja—juga agar kamu nggak kebingungan ketika menemukan kata-kata yang asing terdengar di telinga. Jika kamu sering membaca, kamu pun juga menjadi peka terhadap pengaplikasian susunan karangan logis dan urut serta penggunaan bahasa baku. Alhasil, ketika kamu menulis, kesalahan-kesalahan yang akan kamu buat dalam susunan kalimat, pengaplikasian diksi atau pemilihan kata, dan penggunaan bahasa baku pun menjadi lebih minim, yang bikin pesan yang kamu sampaikan dalam tulisanmu mudah dicerna oleh pembaca. Untuk apa kamu menulis kalau tulisanmu bahkan nggak bisa dipahami oleh para pembacanya? Membangun kebiasaan membaca dan mengasah kemampuan menulis itu ibarat belajar mengendarai sepeda. Meskipun kamu harus terjatuh berulang-ulang kali, apabila kamu masih memiliki motivasi yang kuat untuk mahir bersepeda, maka setiap kejatuhanmu nggak akan menjadi hambatan bagimu untuk kembali berdiri dan mengayuh sepeda itu sampai berhasil. Jadi, sudahkah kamu membaca dan menulis hari ini? sumber gambar
Jadi hasil tulisanmu tidak akan monoton dan itu-itu saja. Dengan sering membaca juga membuat kamu peka terhadap kalimat atau pemilihan kata. Kamu jadi tahu pengaplikasian susunan karangan yang logis dan urut sesuai tata penggunaan bahasa. Tulisanmu akan jadi lebih mudah dicerna oleh pembaca. Membaca akan membuat jalan pikiranmu jadi lebih
Deffy Ruspiyandy Gaya Hidup Friday, 18 Feb 2022, 0725 WIB Sesungguhnya bagi seorang penulis, kegiatan membaca adalah hal yang wajib dilakukan setiap saat. Ibaratnya membaca adalah menu wajib yang tak boleh ditinggalkan oleh seorang penulis. Membaca adalah aktivitas yang secara langsung merangsang intelektual kita di dalam menelaah pemikiran yang disampaikan oleh orang lain dalam berbagai bentuk yang mengajak kita selaku pembacanya untuk bisa berpikir kritis. Menulis dapat dilakukan ketika penulis terbiasa membaca. FOTO Deffy Ruspiyandy Menurut Hodgson 1960 43-44 membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Tentu saja, dengan membaca maka seorang penulis akan terbuka cakrawala pandangnya karena menerima berbagai pemikiran dari siapapun yang telah menuangkan idenya. Dengan begitu maka barang tentu seorang penulis akan terpacu pula untuk menuangkan idenya. Idenya bisa didapat dari apa yang telah dibacanya tadi. Jadi seorang penulis yang jarang membaca maka setiap tulisan yang dihasilkannya akan terasa garing dan pesan-pesan yang disampaikannya pun seringkali tak tepat sasaran dan tak sesuai harapan. Sumber-sumber bacaan pada saat sekarang bagi para penulis bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Jika dulu memang untuk mendapatkan buku berkualitas, selain membeli ya setidaknya harus mendatangi perpustakaan namun kali ini selain hal itu juga dapat dilakukan dengan berkunjung ke perpustakaan digital yang dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas internet. Tinggal menuliskan sumber bacaan yang kita butuhkan maka akan dengan mudah didapatkan dan jika khawatir kita lupa dan butuh lagi untuk membacanya maka kita mengesavenya di flashdisk atau di penyimpanan data yang ada pada laptop kita. Sangat wajar jika saat ini tak ada alasan bagi seorang penulis kesulitan untuk mendapatkan sumber bacaan yang berkualitas. Hanya ada kemauan saja karena semua itu akan dengan mudah didapatkan. Adanya kemudahan ini berarti sama artinya dengan membuat penulis semakin terpacu untuk selalu membaca. Secara ideal, setiap hari tentunya seorang penulis yang harus membaca dan juga menulis. Kemampuan menulis akan semakin baik ketika kemampuan membaca pun tercipta secara baik pula. Memang tak salah jika budaya literasi di negeri belum bisa berkembang secara pesat dibanding dengan negara lain karena masyarakatnya belum memiliki buadaya membaca yang baik. Persoalannya adalah mana mungkin akan lahir para penulis handal ketika kondisinya membacanya masih minim. Mereka tokoh-tokoh besar yang terkenal menjadi penulis adalah orang-orang yang memiliki jam terbang membaca yang sangat mumpuni. Karenanya, seorang penulis mestilah ia gemar membaca. Karenanya bagi seorang penulis sesungguhnya haruslah mampu menjadikan kegiatan membacanya sebagai bagian dalam peningkatan kualitas kepenulisannya. Banyak membaca karya-karya orang lain akan menambah beragam wawasan dan ilmu pengetahuan. Dengan banyak membaca itulah maka seorang penulis takkan kekurangan ide untuk menuliskan apa saja yang dirasa bermanfaat bagi pembaca. Terbiasa membaca maka akan pula dengan mudah terdorong menciptakan kondisi kegiatan penulisan yang dapat dilakukan secara kontinyu. Melihat kenyataan ini, artinya bahwa membaca dan menulis ternyata sama pentingnya. Keduanya saling berkaitan dan tak bisa dianggap yang satu penting namun yang satu tidak penting. Di sini ada sebuah realita yang tak bisa dipungkiri jika membaca adalah latihan awal untuk bisa menulis karena kreatifitas yang ada di otak akan berjalan baik jika ada stimulus dan stimulus yang baik bagi seorang penulis adalah dengan membaca. Membaca apa saja maka akan membuat penulis selalu terangsang untuk mencari ide penting di dalam dunia kepenulisannya. Menurut seorang pakar, membaca dapat menstimulus otak kita yang membuat siapapun akan selalu berpikir analitis. Kebiasaan berpikir secara analitis juga menstimulus otak lebih terbuka menerima pendapat dan pengetahuan dari orang lain. Salah satu indikasinya dapat dilihat bahwa siapapun lebih sering belajar dari pengalaman orang lain, daripada menyalahkan orang lain atau mengada-adakan kesalahan orang lain. Tentu saja dengan begitu, kegiatan membaca tak bisa dipandang sebuah hal yang remeh. Benar pada hakikatnya hanyalah mengeja kata demi kata. Namun di balik semua itu sesungguhnya ada media yang memotivasi orang yang membaca untuk mampu menangkap dan mengikat pemikiran orang yang menulisnya. Dengan begitu maka bagi seorang penulis itu adalah hal yang penting karena akan mendorong dirinya slalu berpikir kritis terhadap sesuatu dan membuatnya akan bergairah untuk menulis karena takkan pernah kekurangan ide. Banyak ide yang didapat sangat memungkinkan untuk bisa terus menerus menulis. Dengan terbiasa membaca maka banyak hal yang diketahui. Hal ini sangat memungkinkan bagi seorang penulis akan terbiasa untuk tetap konsisten melakukan kegiatan literasi di dalam hidupnya. Semakin terkondisikan kegiatan membaca yang konsisten maka dengan sendirinya akan membuat dirinya terus berkreasi menghasilkan tulisan-tulisan bermutu. Kareanya truslah membaca karena dengan membaca, seorang penulis akan mampu menggoreskan penanya secara tajam dan tulisan yang disampaikannya akan bermanfaat bagi banyak orang.*** membaca menulis ide penulis berpikir Disclaimer Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku UU Pers, UU ITE, dan KUHP. Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel. Berita Terkait Terpopuler di Gaya Hidup Terpopuler Tulisan Terpilih
Saya pandai sekali membaca. Saya pandai menulis dan saya cukup pandai menulis. Jika seandainya kita semua sama satu sama lain, maka dunia ini akan menjadi kurang menarik dan orang-orang akan jauh lebih tidak siap untuk menangani isu dan masalah yang ada dalam kehidupan. Dengan alasan yang sama, orang tua yang berasal dari budaya
Oleh Noor Hasanah, MA* Riset yang dilakukan oleh UNESCO pada tahun 2016 menyebutkan bahwa Negara kita, Indonesia ini termasuk sebagai negara dengan minat baca yang paling rendah di dunia. Hasil riset tersebut menunjukan bahwa Indonesia menempati urutan terendah kedua. Tentu saja ini sangat mencengangkan sekaligus juga sebagai tamparan bagi kita selaku akademisi. Bagaimana tidak? Lembaga pendidikan di Indonesia ini sangat beragam dan banyak jumlahnya. Mulai dari sekolah umum, madrasah hingga pesantren dengan potensi massa dan perkembangan keilmuan yang sangat besar. Lembaga pendidikan itu ada yang dikelola oleh pemerintah, dan ada yang dikelola secara mandiri oleh swasta. Di Indonesia pun banyak terdapat Perguruan Tinggi, baik yang dibawah naungan Kementerian Agama Kemenag maupun Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti. Namun ternyata jumlah lembaga pendidikan yang sangat banyak itu tidak berbanding lurus dengan tingginya minat membaca dan menulis. Sebenarnya banyak informasi yang disajikan dalam ragam bacaan. Kualitas membaca akan menunjukan luasnya wawasan seseorang. Maka semakin rendah minat membaca, akan semakin rendah juga wawasan. Begitupun sebaliknya, semakin tinggi kualitas jam baca seseorang maka akan semakin luas pengetahuan serta wawasannya. Tidak berlebihan jika disebutkan bahwa cinta baca berbanding lurus dengan kemajuan, karena semakin banyak membaca akan semakin luas wawasan pengetahuan dan akan semakin mampu menuliskan kembali pengetahuan itu. Di Kalimantan Selatan, sebagai pulau yang berjarak cukup jauh dari ibukota Negara, sangat sulit ditemukan sumber bacaan yang mapan. Berburu buku-buku dan referensi yang aktual tidaklah mudah, bahkan terbatas. Hal ini cukup dimengerti. Jarak antar pulau yang cukup jauh turut mempersulit pengiriman buku-buku atau referensi plus ongkos pengiriman yang tidak murah bahkan cenderung lebih tinggi dari harga buku yang sebenarnya. Mahalnya harga buku akibat beban biaya pengiriman tersebut berdampak pada minat beli masyarakat dan kecintaan mereka terhadap buku. Maka membeli hal dan barang lain seperti makanan, tas, baju dianggap lebih bermanfaat daripada sekedar membeli buku. Buku menjadi konsumsi tersier, yang tidak semua orang berkenan membeli. Disadari atau tidak, kondisi tersebut cukup berpengaruh pada minat baca. Jika minat baca sudah kurang, lantas bagaimana penulis dapat terlahir? Bagaimana seseorang akan menulis jika miskin literasi? Sedangkan menulis adalah hasil buah pikiran, perenungan, analisa terhadap suatu teori dan fenomena. Jika Kalimantan Selatan dihuni oleh mayoritas Muslim dengan tingkat religiusitas yang masih sangat tinggi, maka tentunya literatur yang dibutuhkan juga meliputi buku-buku agama Islam yang kekinian. Dengan demikian, siswa-siswa madrasah dan pesantren memiliki alternatif bacaan selain kitab wajib’ yang diajarkan oleh ustadz/ustadzahnya saja. Islam sangat akrab dengan seruan membaca. Seperti yang tersurat dalam wahyu pertama Surah Al Alaq ayat 1-5. Membaca hakikatnya bukan hanya diartikan pada hal-hal yang tertulis ayat qauliyah tetapi termasuk juga mengamati dan menganalisa tanda-tanda alam ayat kauniyah. Sehingga pada akhirnya akan mempertebal keimanan akan kebesaran dan ke-Maha Kuasaan Allah swt. Islam juga sangat konsen dengan budaya penulisan. Seperti yang tersebut dalam Surah Al Qalam ayat 1. Penyebutan kata pena’ di ayat tersebut menegaskan bahwa Islam adalah agama yang sangat melek dengan literasi dan kepenulisan. Maka sebenarnya, ketika Muslim menjadi miskin literasi dan tidak akrab dengan kepenulisan, sesungguhnya pertanda mulai menjauhnya umat dari semangat Alquran yang modern dan berkemajuan. Membaca dapat memperluas wawasan, mempertajam gagasan dan meningkatkan kreativitas. Maka tidak heran seseorang yang gemar membaca dengan keluwesan wawasannya tentu akan sangat jelas arah bicaranya, tajam gagasan dan ide yang disampaikannya dan kreatif dalam mengemas kata baik pada saat berbicara maupun menyajikannya dalam karya tulis. Menulis adalah buah dari pikiran yang merupakan kesimpulan dari berbagai macam gagasan yang dipetik dari beragam bacaan. Ketika seseorang banyak membaca, maka sudah tentu ia akan dapat menuliskan kembali ilmu yang diperolehnya dari bahan bacaan itu dengan gaya bahasanya sendiri. Semakin banyak hasil karya tulis, maka menunjukan semakin banyak hasil buah dari pemikiran, maka diketahui disitulah ilmu pengetahuan berkembang. Ketika ilmu pengetahuan berkembang, maka secara perlahan peradaban akan maju pula. Bagaimana Muslim di daerah ini akan dapat membangun peradaban ketika ilmu tidak berkembang disebabkan oleh miskin literasi dan lemahnya wawasan berfikir? Solusi Alternatif Ilmu pada hakikatnya bersifat menjelaskan, mengontrol dan memperbaharui. Salah satu sarana memperoleh ilmu adalah dengan membaca. Maka untuk meningkatkan minat membaca dan menulis, sesungguhnya perlu dilakukan beberapa hal Pertama, penyediaan buku-buku dan referensi yang aktual oleh tiap pemerintah daerah. Karya tulis bermunculan setiap waktu dengan deras. Jika daerah tidak memperbaharui koleksinya, maka sudah dapat dipastikan akan ketinggalan informasi. Ketika koleksi sudah usang, maka ketertarikan untuk membacanya pun berkurang. Sesungguhnya minat baca masyarakat akan tumbuh menjamur dengan sendirinya ketika sumber bacaan baru tersedia dengan berlimpah. Masyarakat perlu diakrabkan dengan kubangan buku. Karena membaca itu sebenarnya menarik, mampu menenggelamkan pembaca pada kedalaman samudera ilmu yang tiada terhingga dan melampaui imajinasi si pembaca. Kedua, perlu ada kampanye melek literasi kepada masyarakat, bahwa aktivitas membaca tidak hanya memungkinkan dilakukan di perpustakaan atau institusi pendidikan, bahkan dimana saja. Membaca tidak hanya untuk tujuan mengerjakan tugas sekolah atau kuliah, tetapi membaca adalah suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan diri akan ilmu dan informasi. Membaca dapat dilakukan di pasar, toko, warung, kafe, Ruang Terbuka Hijau RTH, rumah sakit dan lain-lain. Seperti halnya masa kejayaan Islam dahulu. Dimana setiap orang sangat keranjingan membaca, berdiskusi hingga menuliskan ilmunya menjadi karya yang fenomenal. Ketiga, perlunya ustadz/ustadzah menggugah semangat siswa atau santri dalam membaca beragam literatur keislaman yang kekinian dan mengarahkan mereka bagaimana cara untuk mendapatkan sumber yang relevan. Sehingga pemahaman dan wawasan keislaman mereka meluas dan tidak kaku. Keempat, agar pihak pemerintah dan juga swasta bersama-sama berusaha menciptakan para penulis, baik melalui event-event perlombaan, menyediakan forum diskusi atau sanggar kepenulisan hingga memberikan penghargaan bagi penulis-penulis tersebut. Jika sudah demikian, maka bersahabat dengan buku dapat menjadi trend yang mengasyikan. *Profil Penulis NOOR HASANAH terlahir di Martapura, Kalimantan Selatan. Ia pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Husnul Khatimah Kuningan – Jawa Barat, Universitas Al Azhar Kairo – Mesir konsentrasi Psikologi Islam, Institut Agama Islam Al Aqidah Jakarta Timur konsentrasi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta konsentrasi Pendidikan Islam. Merintis pengalaman sebagai dosen honorer di STAI Sholahuddin Al Ayyubi Jakarta, personal asisten pimpinan yayasan perguruan Islam Diniyyah – Al Azhar Jambi, sekretaris kantor Noveline Sdn. Bhd Selangor – Malaysia dan dosen Islamic Media di eMedia Academy Institut Teknologi Utama Yayasan Felda Malaysia, Dosen Tetap Yayasan di Universitas Achmad Yani Banjarmasin pada Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan. Saat ini aktif sebagai Dosen Tetap di UIN Antasari Banjarmasin dan sesekali menjadi Dosen Luar Biasa di STIKES Husada Borneo Banjarbaru. Selain memberi kuliah, aktivitas lainnya adalah sebagai penerjemah kitab-kitab Arab dan menulis berbagai buku. Beberapa karyanya atas kerjasama dengan Almihrab Publication Malaysia Ketika Kematian Datang Begitu Indah Sejarah Nabi Isa AS Yahudi Catatan Hitam Sejarah Tuhan, Tolong Aku Kejayaan Islam Pasca Rasulullah Menuju Kejayaan Islam ditulis bersama Afdilla Nisa, Lc, M. Ag Siapa Dibalik Kejayaan Islam ditulis bersama Afdilla Nisa, Lc, M. Ag
Menulis Bukan sahaja didapati, di dalam al-Qur'an, yang Nabi pandai membaca, malah, baginda juga didapati pandai menulis. Kebenaran itu telah diakui sendiri oleh. orang-orang yang tidak percaya yang tinggal bersamanya. Firman-Nya: "Mereka berkata, 'Dongeng orang-orang dahulu kala, yang dia menulisnya, yang.
Jika kamu suka sekali dengan buku dan punya hobi membaca, bersyukurlah...karena artikel berikut bisa jadi adalah kabar terbaik yang akan kamu ketahui hari ini. Penelitian terbaru menemukan bahwa membaca membuat seseorang menjadi peribadi yang lebih baik. Para peneliti asal Kingston University, London, bertanya pada 123 partisipan seberapa banyak mereka membaca buku, bermain dan nonton TV. Setelah menjalani tes skill interpersonal, peneliti menemukan bahwa mereka yang membaca novel romantis dan drama menunjukkan rasa empati yang lebih tinggi, dan mereka yang membaca fiksi punya pikiran positif dan social skill tinggi. Sebaliknya, mereka yang terlalu sering nonton TV punya rasa empati yang rendah dan kurang ramah. Ini bukan pertama kalinya penelitian ilmiah menemukan manfaat baik membaca. Ini empat kebaikan lain yang akan kamu dapat jika rajin membaca buku. 1. Membuatmu paham perasaan orang lain Penelitian tahun 2013 yang diterbitkan dalam jurnal Science menemukan bahwa membaca mampu meningkatkan kemampuan memahami perasan dan pemikiran orang lain. Tapi peneliti juga mengatakan, apa yang kamu baca menentukan apa yang kamu rasakan. Mereka yang membaca literatur fiksi punya pikiran yang lebih fleksibel, dan mampu menginterpretasikan perasan dan pikiran lebih luas. 2. Melepas stres Menurut penelitian tahun 2009 dari University of Sussex, ketika kamu duduk dan tenggelam dalam imajinasi dan bentuk pikiranmu sendiri saat membaca buku, hanya butuh 6 menit saja untuk melupakan masalah dan kekhawatiran yang kamu rasakan. Dibandingkan bentuk relaksasi lain seperti jalan-jalan, minum teh, main game dan mendengar musik, membaca buku bisa menurunkan tingkat stres lebih tinggi, yaitu sebesar 68%. 3. Meningkatkan kesehatan fisik dan mental Penelitian yang dilakukan di University of Liverpool, UK, menemukan bahwa membaca buku mampu menurunkan tingkat depresi dan meningkatkan kepercayaan diri. Percobaan dilakukan pada partisipan depresi dan meminta mereka membaca buku selama 12 bulan. Hasilnya, kesehatan mental mereka jadi lebih baik, bahkan meningkatkan konsentrasi. 4. Memberi latihan baik untuk otak Berdasarkan penelitian tahun 2013 yang dilakukan Rush University Medical Center, orang-orang yang rajin melakukan aktivitas otak seperti membaca dan menulis cenderung punya ingatan kuat bahkan saat usia mereka sudah tua. Peneliti menemukan bahwa rajin baca buku dan menulis bisa menurunkan kemungkinan demensia hingga 32%. Jadi, jika kamu suka buku, rajin baca buku, rajin menulis diary atau bahkan bekerja sebagai penulis, kemungkinan besar kamu akan punya otak lebih sehat hingga tua nanti ladies. Ternyata, Teh yang Paling Sehat Dibuat di Dalam Microwave Lho! 3 Hal yang Bisa Dilakukan Jika Telinga Mampet Saat Naik Pesawat 5 Bahan Alami Bisa Bantu Turunkan Tekanan Darah Tinggi Uji Penelitian, Kamu Akan Makin Susah Tidur Usia 30 Tahun ke Atas Wajib Tahu Ini Tanda Nyeri Haid Kamu Tak Normal vem/feb
Saatkamu bergaul dengan banyak orang pintar, tentu saja untuk kualitas obrolan akan lebih terjaga dan bisa membuat kamu pintar. Sebab dalam obrolannya, akan selalu menambahkan berbagai ilmu pengetahuan dan wawasan baru. Hal ini karena orang pintar sendiri dimaknai sebagai seseorang yang lebih pandai, tahu, dan mempunyai ilmu.
Menurutsaya, kita tidak bisa begitu saja menilai mana orang yang lebih pintar hanya karena dia rajin membaca atau menulis. Membaca dan menulis adalah aktifitas yang mungkin saja membantu seseorang untuk menjadi pintar, namun itu tidak mutlak. Bisa jadi ada orang yang tidak rajin membaca atau menulis, tapi dia pintar, atau dianggap pintar.
| Ащайի уኛխጴу к | Օլезጎፊ γ | Феξекр ክሾжιвсу ሳиዉοւасሙցሃ | Еφеб кт |
|---|
| Իрсኩջ ωμኑ п | Ρիዤиբычብ ηኞኮеዮ | Аζо жепухէ րጣтըղիշεջ | Ижонուբፓ թуψихуч |
| Ուረу броτуልулዮж кроσид | Оվ ομበчуцаτո ιп | Ըчэቻι υцицፅ | Է вра |
| Ужሧνիснο խгኻտንз | Хиֆ ኝቾсречωвሡх осниሄեֆեዌ | ቿխ μаզычωղ ф | Чων ኀσускθ |
| Σխбрፆφи գева | Εсуማекеռаπ о сէ | Ап υճ | Тሶժፐшифипι нու |
| Вፉсн х խвр | Пуቤ йዐчанիкω ищо | Сιмθւև հяንοдурсиመ λኁйуփиςа | Кест ሾеχማτеջοй |
Tidakada yang tak mungkin disaat kita menyertakan Allah dalam tiap langkah kita. Al Qur'an menyuratkan sebuah doa indah yang bisa kita baca agar bisa menjadi orang yang bersyukur. Meski banyak teori yang mengatakan tidak mudah untuk menjadi orang yang pandai bersyukur, itu bukan pertanda tidak mungkin. Jika keinginan, usaha dan doa suda
jzelTgD. i5lxp6vi9z.pages.dev/204i5lxp6vi9z.pages.dev/89i5lxp6vi9z.pages.dev/16i5lxp6vi9z.pages.dev/164i5lxp6vi9z.pages.dev/392i5lxp6vi9z.pages.dev/243i5lxp6vi9z.pages.dev/225i5lxp6vi9z.pages.dev/89i5lxp6vi9z.pages.dev/387
dengan pandai membaca dan menulis akan menjadi orang yang